MAKALAH
PERKEMBANGAN INDIVIDU DALAM PERSPEKTIV ISLAM.
Di susun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik ( PPD )
Dosen Pengampu : Akhmad Supari,S.Pd.M.Pd
Di susun Oleh
Akhlis Fauzal Muqoffa : (156010253)
Fakultas Pendidikan Agama Islam
UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG
Semester II PAI b
Tahun 2016.

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam perspektif islam pada hakikatnya pertumbuhan dan perkembangan manusia
melalui proses. Proses ini menunjukkan adanya pola, tahapan, dan faktor yang terlibat dalam
perkembangan manusia. Sedangkan pertumbuhan dan perkembangan manusia merupakan
proses yang bertahap. Allah menciptakan manusia dengan tahap progresif pertumbuhan dan ini
adalah sesuatu yang sudah dirancang oleh Allah SWT, sebagaimana firman Allah dalam surat
Al-Furqan : 2.
الذي له ملك السموت والأرض ولم يتخذ ولدا ولم يكن له شريك فى الملك وخلق كل شيء فقدره تقديرا
Artinya : “Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan dia tidak mempunyai anak,
dan tidak ada sekutu baginya dalam kekuasaan(Nya), dan Dia telah menciptakan segala sesuatu,
dan dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya". (QS. Al-Furqaan ayat2). Maksud dari ayat diatas adalah Allah telah menciptakan manusia dengan keadaan yang
sempurna-sempurnanya dan sudah dalam proporsi yang tepat. Dan pertumbuhan manusia
berlangsung secara berangsur-angsur.
Selain itu menurut Alquran, perkembangan dan pertumbuhan manusia memilik pola
umum meskipun terdapat perbedaan individual. Pola tersebut yaitu manusia pada umumnya
tumbuh dari keadaan lemah menuju keadaan yang kuat dan kembali ke lemah. Dan apabila saat
individu mencapai puncak yang kuat, baik kuat fisik dan kognitifnya, maka individu itu
berangsur-angsur kembali lemah, sebagaimana firman Allah dalam surat Ar-rum : 54
الله الذي خلقكم من ضعف قوة ثم جعل من بعد قوة ضعفا وشيبة يخلق ما يشاء وهو العليم القدير
Artinya : "Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia
menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu)
sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan
Dialah yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa". (QS. Ar-Rum:54)
Dan surat Al-Nahl :70
والله خلقكم ثم يتوفىكم ومنكم من يرد الى ارذل العمر لكي لا يعلم بعد علم شيئا ان الله عليم قدير
Artinya : "Allah menciptakan kamu, kemudian mewafatkan kamu; dan di antara kamu ada yang
dikembalikan kepada umur yang paling lemah (pikun), supaya dia tidak mengetahui lagi
sesuatupun yang pernah diketahuinya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Kuasa". (QS. Al-Nahl:70)
Maksud dari ayat tersebut sudah jelas bahwa manusia lemah pada saat lahir, baik itu
lemah fisik, kognitif, maupun mental.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian perkembangan ?
2. Apa dasar dan prinsip perkembangan diri di dalam Islam ?
3. Seperti apa tahapan-tahapan perkembangan diri di dalam islam ?

PEMBAHASAN

1. Pengertian Perkembangan

Perkembangan merupakan pola perkembangan individu yang berawal pada
konsepsi dan terus berlanjut sepanjang hayat dan bersifat involusi ( Santrok Yussen. 1992).
Dengan demikian perkembangan berlangsung dari proses terbentuknya individu dari proses
bertemunya sperma dengan sel telur dan berlangsung sampai akhir hayat yang bersifat
timbulnya adanya perubahan dalam diri individu. Perkembangan merupakan serangkaian
perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman
dan terdiri atas serangkaian perubahan yang bersifat kualitatif dan kuantitatif ( E.B. Harlock
). Dimaksudkan bahwa perkembangan merupakan proses perubahan individu yang terjadi
dari kematangan (kemampuan seseorang sesuai usia normal) dan pengalaman yang
merupakan interaksi antara individu dengan lingkungan sekitar yang menyebabkan
perubahan kualitatif dan kuantitatif ( dapat diukur) yang menyebabkan perubahan pada diri
individu tersebut. Perkembangan mengandung makna adanya pemunculan sifat-sifat yang
baru, yang berbeda dari sebelumnya ( Kasiram, 1983 : 23), mengandung arti bahwa
perkembangan merupakan perubahan sifat individu menuju kesempurnaan yang merupakan
penyempurnaan dari sifat-sifat sebelumnya. Dari pendapat para ahli diatas dapat
disimpulkan bahwa pengertian perkembangan yaitu merupakan perubahan individu kearah
yang lebih sempurna yang terjadi dari proses terbentuknya individu sampai akhir hayat dan
berlangsung secara terus menerus. Sebagai contoh anak yang baru berusia 5 bulan hanya
dapat tengkurab kemudian setelah kira-kira 7 bulan sudah bisa berdiri tapi dengan bantuan
orang lain, kemudian pada umur 9 bulan baru dapat berdiri sendiri dan mulai berjalan
sedikit demi sedikit. Setelah berumur 10 bulan baru dapat berjalan dengan lancar, setelah itu
dia dapat berlari-lari.Maka proses perubahan tersebut dinamakan dengan perkembangan.
lalu kita bandingkan dengan pengertian dari pertumbuhan
2. berikut ini pengertian
pertumbuhan menurut para ahli sebagai berikut :
Pertumbuhan merupakan perubahan secara fiologis sebagai hasil dari proses
pematangan fungsi-fungsi fisik, yang berlangsung secara normal pada diri anak yang sehat,
peredaran waktu tertentu ( kartono ). Pertumbuhan dinyatakan dalam perubahan-perubahan
yang terjadi pada bagian, tetapi pertumbuhan itu sendiri adalah suatu sifat umum dari suatu
organisme (Whitherington, 1991 : 156). Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
pertumbuhan merupakan perubahan individu berupa fisik yang bersifat kuantitatif tentunya
yang dapat diukur. Dapat dicontohkan misalnya pertumbuhan berat badan, bertambahnya
tinggi, dan bertambahnya panjang pada rambut.ternyata perkembangan dan pertumbuhan
sangatlah berbeda, bahwa perkembangan itu sendiri merupakan perubahan individu yang
bersifat kualitatif (tidak dapat diukur) dan berkembang sepanjang hayat,sedangkan pertumbuhan merupakan perubahan yang bersifat kuantitatif ( dapat diukur ) sampai saat
normal tertentu.
2.h‚p://www.kompasiana.com/nani_wahyuni/definisi-perkembangan
Dari proses perkembangan dapat dikelompokan menjadi tiga aspek yaitu yang
pertama aspek bilogis, .Aspek biologis tersebut merupakan perkembangan pada fisik
individu, contohnya : bertambahnya berat badan dan tinggi badan yang tentunya dapat kita
ukur. Yang kedua ialah aspek kognitif, meliputi perubahan kemampuan dan cara berfikir.
Aspek ini merupakan perubahan dalam proses pemikiran yang merupakan hasil dari
lingkungan sekitar. salah satunya yaitu anak mampu menyelesaikan soal matematika. Dan
yang ketiga yaitu aspek psikososial, dapat diartikan bahwa aspek ini merupakan perubahan
aspek perasaan, emosi, dan hubungannya dengan orang lain. Dengan demikian aspek
psikososial merupakan aspek perkembangan individu dengan lingkungan sekitar atau
masyarakat. Dari semua aspek tersebut yaitu aspek biologis ( fisik ), aspek kognitif (
pemikiran ), dan aspek psikososial ( hubungan dengan masyarakat ) semuanya saling
mempengaruhi sehingga apabila pada suatu aspek mengalami hambatan maka akan
mempengaruhi perkembangan aspek yang lainnya. Setiap individu ada salah satu faktor yang
paling dominan yang mempengaruhi perkembangan yaitu antara faktor kematangan dan
faktor pengalaman,ada yang lebih dominan pada pematangan dan ada juga yang lebih
condong pada pengalaman,tergantung pada masing-masing individu. Pada individu yang
condong pada pematangan maka perkembangan tersebut bersifat diskontinuitas ( serangkaian
tahap yang berbeda ).sedangan pada individu yang condong kepada faktor pengalaman maka
sifat perkembangannya bersifat kontinuitas (serangkaian tahap yang berkesinambungan atau
terus menerus)
3.
2. Dasar dan Prinsip Perkembangan Diri dalam Islam
Al-Qur’an adalah sebuah kitab petunjuk bagi manusia yang menyeru kepada jalan
kehidupan yang benar sehingga manusia mampu meraih kebahagiaan, kebajikan dan
kedamaian hidup di dunia. Seruan yang terbuka kepada setiap orang untuk menerima
kebenaran jalan hidup ini bagi kebaikannya semata-mata tergantung pada setiap orang,
apakah mau menerima atau menolaknya sesuai dengan kemauan bebasnya watak.dari
seruan ini dan ajaran serta pesan yang disampaikan menunjukkan bahwa ia menggugah hati
nurani setiap orang yang berfikir dan memikirkan, memahami serta menimbang-nimbang
petunjuk ini bagi kepentingan dirinya sendiri, bebas dari tekanan dari luar dirinya,
kemudian menerima seruan itu jika ia memperoleh keuntungan dari padanya atau ia
menolak jika ia tidak menyadari kebenaran yang haq di dalamnya
4
.terkait dengan prinsip
dan Dasar perkembangan manusia, meliputi :
1. Manusia berkembang dengan kecepatan yang berbeda
. 2. Manusia berkembang dengan urutan perkembangan yang teratur
Perkembangan berlangsung dengan proses yang bertahap, oleh karena itu perkembangan
tidak mungkin terjadi dalam waktu satu malam saja, tetapi melalui proses panjang, seorang
anak untuk dapat menulis, membutuhkan prasyarat yaitu kemampuan memegang pensil dengan baik dan kemampuan mengenal dan memahami huruf dan seterusnya.

3
.h‚p://www.kompasiana.com/nani_wahyuni/definisi-perkembangan
4 Afzalur Rahman.Al-Qur’an Sumber Ilmu Pengetahuan, (Jakarta:2000). Hal. 258
5Dr.Hj. Warni Djuwita, M.Pd, Psikologi perkembangan,(Mataram: LKIM Mataram,2011), hlm. 6
Dalam Al-Qur’an Surat Al-Alaq ayat 1-5 yang berbunyi:
اقرأباسم ربك الذي خلقِ خلق الاءنسان من علْقِ اقرأ وربك الأكرِْمالذي علم بالقلْمعلم الاءنسان ما يعلْم
Artinya :”Bacalah dengan (menyebut) nama tuhanmu yang menciptakan, Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan tuhanmu lah yang paling pemurah,
yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam.Dia mengajar kepada manusia apa yang
tidak diketahui.
Pada ayat tersebut di jelaskan tentang perintah membaca dan belajar, mempelajari apa yang
tidak kita ketahui.
Salisu Shelu (1992) menyusun prinsip dasar psikologi perkembangan dari perspektif
islam yang terdiri dari kehidupan manusia (pertumbuhan dan perkembangan) merupakan proses
yang gradual, memiliki pola tertentu, merupakan proses komulatif dan simultan, melampui
keberadaan fenomenal duniawi, dan melewati periode kritis dan sensitive tertentu.

1. Kehidupan Manusia (pertumbuhan dan perkembangan) merupakan proses yang bertahap dan berangsur-angsur. Hal ini merupakan prinsip prinsip pertama dari perkembangan yang dapat
dipahami dari Al-Qur’an, ketika menyatakan bahwa Allah adalah maha pencipta, Maha Penjaga
dan Maha Pemelihara segala sesuatu, Al Qur’an juga menyatakan bahwa Allah menciptakan
manusia dari berbagai tahap progresif pertumbuhan dan perkembangan.

Dengan kata lain, kehidupan manusia memiliki pola dalam tahapan-tahapan tertentu yang termasuk tahapan yang pembuahan sampai kematian. Tahapan yang terjadi yang dilewati manusia dalam pertumbuhan dan perkembangannya bukan terjadi karena faktor peluang atau kebetulan, namun ini
merupakan sesuatu yang telah dirancang, ditentukan dan ditetapkan langsung oleh Allah SWT.
banyak ayat Al-Qur’an yang menyatakan hal ini. Salah satu contohnya adalah sebagai berikut :
تقديرا فقدره شيء كل وخلق.... dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan segalanya dengan
ukuran-ukuran dengan serapi-rapinya. ( Q.S Al-Furqaan [25]: 2 )
Hal ini dengan jelas menyatakan bahwa kehidupan dari segala sesuatu telah ditentukan
dengan cara demikian rupa sehingga setiap aspek secara proporsional terlengkapi. Dalam
pertumbuhan dan perkembangan manusia, segala tahapan yang dikemukakan diatas telah
ditentukan sesuai ukurannya dan semua manusia harus melewati semua tahapan tersebut.
Ayat berikut jelas menyatakan bahwa manusia diciptakan dan ditentukan untuk
berkembang dalam tahapan.
ما لكم لا ترجون وقارَاوقد خلقكم أطوارا
Mengapa kamu tidak percaya kepada kebesaran Allah? Padahal dia sesungguhnya telah
menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan kejadian. (QS. Nuh [71]: 13-14).
Ayat-ayat diatas menunjukkan bahwa manusia tumbuh dan berkembang mengikuti tahapan
tertentu.

Banyak ayat Al-Qur’an yang secara substansi cukup rinci membahas tentang
tahapan kehidupan manusia di dunia. Meski dalam beberapa ayat yang lain, hanya
menggambarkan tahap pertama kehidupan manusia, yaitu tahapan pra-kelahiran. Salah satu
contohnya dalam ayat Al-Qur’an berikut:
يخلقكم في بطون امهتكم خلقا من بعد خلق في ظلمت ثلث ذلكم الله ربكم له الملك لااله الاهو فأنى ⦁
تصرفون

“ Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. Yang
demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang mempunyai kerajaan. Tidak ada Tuhan
selain Dia, maka bagaimana kamu dapat dipalingkan? (QS. Al-Zumar [39]: 6)
Selain itu, berbagai ayat Al-Qur’an juga menggambarkan kedua tahapan (prakelahiran dan
pasca kelahiran) dengan cara yang sangat jelas :
هوالذي خلقكم من تراب ثم من نطفة ثم من علقة ثم يخرجكم طفلا ثم لتبلغوااشدكم ثم لتكونواشيوخا ومنكم
من يتوفى من قبل ولتبلغوا اجلا مسمى ولعلكم تعقلون
“Dialah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari tetesan (nutfah), sesudah itu dari
segumpal darah (alaqah), kemudian kamu dilahirkan sebagai seorang anak,kemudian dibiarkan kamu supaya kamu tumbuh sampai kepada masa (dewasa yang penuh kekuatan)kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, diantara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu,. Kami
perbuat demikian supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kmu
memahaminya. (QS. Ghofir [40]: 67).
Dijelaskan juga dalam Hadits Arbain Imam An Nawawi keempat :
َعْنȡاِبيَعْبِد الȪرْحَمنَِعْبِد اللِه بنَِمْسُعْوٍدَرِضَي اللُهَعْنُهَقاَل :َحȪدَثَناَرُسْوُل اللِه صلى الله عليه وسلمَوُهَو
الȪصاِدُق اْلَمْصُدْوُق :ȦاȪنȡاَحَدكُْمُيْجَمُعَخْلُقُهِفيَبْطنِȣاȬمِهȡاْرَبِعْيَنَيْومًاُنْطَفًة،ُثȪمَيكُْوُنَعلََقًةِمْثَلَذِلَك،ُثȪمَيكُْوُن
ُمْضَغًةِمْثَلَذِلَك،ُثȪمُيْرَسُلȦالَْيِه اْلَملَُكَفَيْنُفُخِفْيِه الȫرْوَح،َوُيْؤَمُرِبȡاْرَبِع كَِلَماٍت:ِبكَْتِبِرْزِقِهَوȡاَجِلِهَوَعَمِلِهَوَشِقȧيȡاْو
.َسِعْيٌد
َفَو اللِه اȪلِذي لاَȦالََهَغْيُرُهȦاȪنȡاَحَدكُْم لََيْعَمُلِبَعَملِȡاْهلِ اْلَجȪنِةَحȪتىَماَيكُْوُنَبْيَنُهَوَبْيَنَهاȦالاȪِذَراٌعَفَيْسِبُقَعلَْيِه
اْلِكَتاُبَفَيْعَمُلِبَعَملِȡاْهلِ الȪناِرَفَيْدُخُلَها،َوȦاȪنȡاَحَدكُْم لََيْعَمُلِبَعَملِȡاْهلِ الȪناِرَحȪتىَماَيكُْوُنَبْيَنُهَوَبْيَنَهاȦالاȪِذَراٌع
َفَيْسِبُقَعلَْيِه اْلِكَتاُبَفَيْعَمُلِبَعَملِȡاْهلِ اْلَجȪنِةَفَيْدُخُلَها [رواه البخاري ومسلم]
Dari Abi Abdirrahman Abdillah bin Mas’ud radiallahu’anhu, beliau berkata: Kami
diberitahu oleh Rasulullah dan beliau adalah orang yang jujur lagi terpercaya – Beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Sesungguhnya telah disempurnakan penciptaan salah seorang dari kalian dalam perut ibunya
selama empat puluh hari dalam bentuk sperma, kemudian dia menjadi segumpal darah selama
itu pula, kemudian menjadi segumpal daging selama itu pula, kemudian Allah mengutus
kepadanya malaikat, kemudian ditiupkan ruh kepadanya, lalu malaikat tersebut diperintahkan
untuk menulis empat perkara; untuk menulis rizkinya, ajalnya dan amalannya dan nasibnya
(setelah mati) apakah dia celaka atau bahagia. Demi Allah yang tidak ada tuhan yang berhak diibadahi selain dia. Sesungguhnya salah seorang dari kalian benar-benar beramal dengan
amalan ahli surga, sehingga jarak antara dirinya dengan surga hanya satu hasta, lalu dia
didahului oleh catatan takdirnya, sehingga dia beramal dengan amalan ahli neraka, sehingga dia
memasukinya. Dan salah seorang di antara kalian benar-benar beramal dengan amalan ahli
neraka, hingga jarak antara dirinya dengan neraka hanya sehasta, lalu dia didahului oleh catatan
takdirnya, sehingga dia beramal dengan amalan ahli surga hingga dia memasukinya. (HR
Bukhari dan Muslim. Shahih dikeluarkan oleh Al Bukhari di dalam [Bid’ul Khalqi/3208/Fath]. Muslim di dalam [Al Qadar/2463/Abdul Baqi]).
Dengan demikian, Allah menyatakan bahwa beberapa persalinan kehamilan dapat terjadi sebelum atau setelah waktu persalinan yang normal, namun keputusan penambahan atau pengurangan waktu merupakan wewenang Allah.

Dalam komentarnya tentang ayat-ayat ini, Gummi (1922-1992) mengatakan sebagai berikut :
Beberapa ilmuan muslim mengatakan bahwa kehidupan manusia (setelah
lahir) dapat dibagi atas empat tahapan besar. Tahap pertama, merupakan tahapan terjadinya
pertumbuhan dan perkembangan yang berkelanjutan, yang dimulai dari 0 sampai 33 tahun
(akhir masa muda dan usia dimana individu memiliki kematangan penuh dari fisik dan
intelektual).

Tahap kedua, dari 33-40, adalah tahap menetap dimana pertambahan dalam
pertumbuhan dan perkembangan sudah sulit diamati. Usia 40 tahun dianggap sebagai tahap
dimana puncak fisik dan intelektual mencapai kematangan . tahap ketiga, adalah tahap usia
bayi atau pertengahan (al-kuhulah). Dari 40 sampai 60 tahun.

Secara sangat perlahan-lahan dan
lambat manusia mulai menurun dari segi fisik dan mental, sehingga sulit untuk diperhatikan.
Tahap terakhir, dari 60 sampai akhir kehidupan, adalah tahp usia lanjut dan penurunan
(ketuaan). Dalam tahap ini penurunan lebih jelas dan lebih dapat diperhatikan.

2. Pertumbuhan dan Perkembangan Manusia Memiliki Pola Tertentu
Menurut Al-Qur’an, pertumbuhan dan perkembangan manusia memiliki pola umum yang
dapat diterapkan pada manusia, meskipun terdapat perbedaan individual. Pola yang terjadi
adalah bahwa setiap individu tumbuh dari keadaan yang lemah menuju keadaan yang kuat dan
kemudian kembali melemah.
الله الذي خلقكم من ضعف قوة ثم جعل من بعد قوة ضعفا وشيبة يخلق ما يشاء وهو العليم القدير ⦁
⦁ “Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan
(kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan kamu stelah
kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendakinya dan
Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (QS. Al-Rum [30]: 54).

Dengan demikian, jelas terlihat bahwa pola yang disebutkan dalam ayat ini dapat diterapkan
pada semua manusia. Semua manusia diciptakan dalam keadaan lemah. Hal ini mengacu pada
tahap pertama penciptaan manusia di dalam rahim sampai persalinan.

Manuisa sangat lemah dalam tahap awal ini, baik secara fisik maupun mental.lemahnya manusia pada awal kehidupan
ini juga mencakup pada lemahnya keadaan mental seseorang.
Prinsip ini,tidak menghilangkan perbedaan individual. Artinya, walaupun pola ini terjadi pada
setiap manusia, selalu ada sejumlah perbedaan antar individu dalam hal variabel dan proses
perkembangan spesifik.

3. Perkembangan Manusia Adalah Proses Komulatif dan Simultan Jika setiap ayat Al-Qur’an yang membicarakan perkembangan manusia dan tahap-tahapnya dibahas secara seksama, disintesis, dan dianalisis, akan terlihat bahwa
Al-Qur’an menyatakan postulat bahwa perkembangan manusia secara alamiah bersifat
komulatif.
Al-Qur’an juga mengajarkan bahwa perkembangan manusia merupakan proses simultan dari
aspek-aspek yang berhubungan. Hal ini berarti, segala aspek perkembangan fisik mental, social,
emosional, dan moral tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Masing-masing saling
menguatkan satu sama lain.hal ini juga terlihat jelas pada ayat Al-Qur’an yang mengacu pada
pemberian kekayaan kepada anak yatim ketika mereka mencapai “kekuatan penuh”.
6 Dra. Wiji Hidayaࢢ .M.Ag, Sri Purnami, S.Psi, Psikologi Perkembangan, (Yogyakarta: Teras,2008), hlm.51-61
makna ayat ini mencakup perkembangan fisik maupun mental. Jika perkembangan fisik
dinyatakan dalam ayat ini dengan kata “kekutan” yang menunjukkan bentuk dan postur tubuh,
komponen mental dengan jelas dinyatakan dalam ayat Al-Qur’an yang lain:
وابتلوا اليتمى حتى اذا بلغوا النكاح فاءن انستم منهم رشدا فادفعوا اليهم اموالهم ولا تأكلوها اسرافا وبدارا ان
يكبرو
Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin: jika menurut pendapatmu
mereka telah cerdas, maka sarankanlah kepada mereka harta-hartanya; dan janganlah kamu
memakan harta anak yatim lebih dari batas kepatutan dan (janganlah) kamu tergesa-gesa
(membelanjakan) sebelum mereka dewasa. (QS.An-Nisa’ [40]: 6)

4. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak: Melampaui Keberadaan Fenomena Dunia.
Dalam psikolog modern kajiannya mencakup kehidupan duniawi semata, sedangkan Al-Qur’an
kajiannya mencakup kehidupan dunia dan kehidupan lain yang lebih permanent dan kekal,
manusia akan mengalami transformasi kepada bentuk kehidupan lain yang pertumbuhan dan
perkembangannya bersifat trasendental dan lebih tinggi.

Pertumbuhan dan perkembangan ini,
bagaimanapun berakhir dengan kenikmatan atau penyiksaan. Hal inilah yang menjadi alasan
mengapa berbagai ayat Al-Qur’an yang menyatakan tahapan-tahapan perkembangan dikaitkan
langsung dengan kehidupan setelah mati.

5. Pertumbuhan dan Perkembangan Manusia Melewati Periode Kritis dan Sensitif Tertentu.
Islam memberikan perhatian yang besar terhadap tahap perkembangan manusia terutama
tahap prakelahiran, bayi, kanak-kanak, remaja, ketiga masa itu dikatakan tahap sensitif dan
rentan, yang dapat dipahami dari:

Pertama, tahap prakelahiran bahwa dalam islam setiap muslim untuk membiasakan diri memanjatkan do’a selama kehamilan, karena saat anak dalam
kandungan, allah Swt memerintahkan kepada malaikat untuk meniupkan ruh dan saat itu
ditentukan rizki, amalan, rentang kehidupan, (ajal) dan takdir, apakah ia akan menjadi orang
yang baik atau yang jahat. Suratan ini berlaku sepanjang kehidupan manusia.

Kedua, setelah anak lahir suara adzan harus dikumandangkan di telinga kanan dan iqamah ditelinga kiri karena
hal ini bisa menjadi suara penuntun perkembangan agama dan moral anak selanjutnya.

Ketiga, masa remaja merupakan masa transisi dari ank-anak menuju kedewasaan, masa ini rentan yang
penuh kegairahan, kenikmatan yang mencemaskan dan godaan, Nabi Muhammad saw.

Dalam sebuah hadis menyebutkan tujuh kategori manusia yang akan dapat berteduh dibawah lindungan Allah SWT. Yang salah satunya adalah pemuda (remaja) yang tumbuh dalam pengabdian dan komitmen untuk beribadah kepada Allah, hadist ini menunjukkan bahwa periode remaja adalah periode kritis.

3. Tahapan-tahapan perkembangan pribadi menurut Islam.

Kiat-kiat pengembangan kepribadian islam menurut pendekatan konten, dapat
ditempuh melalui tiga tahap.
1. Tahapan permulaan (al-bidayah)
Pada tahapan ini fitrah manusia merasa rindu kepada khaliknya. Ia sadar
bahwa keinginan untuk berjumpa itu terdapat tabir (al-hijab) yang menghalangi interaksi
dan komunikasinya, sehingga ia berusaha menghilangkan tabir tersebut. Karena itulah
tahapan ini disebut juga tahapan takhalli, yang bearti mengosongkan diri dari segala
sifat-sifat yag kotor, maksiat, dan tercela (madmuzmah)
2. Tahapan kesunguhan Dalam menempuh kebaikan (al-mujahadah).
Pada tahap ini kepribadian seseorang telah bersih dari sifat-sifat tercela dan
maksiat, untuk kemudian dia berusaha secara sunguh-sunguh dengan cara mengisi diri
dengan prilaku yang mulia, baik yang dimunculkan dari kepribadian mukmin, muslim
maupun muhsin. Tahap ini disebut juga tahapan tahalli, yaitu upaya mengisi dan
menghiasi dengan sifat-sifat yang terpuji (mahmudah).
Tahapan kedua ini harus ditopang oleh tujuh pendidikan dan olah batin (riyadhat
al-nafs), sebagai berikut :
1. Musyarathah, yaitu menetapkan syarat-syarat atau kontrak pada jiwa agar ia dapat
melaksanakan tugas dengan baik dan menjauhi larangan.

2. Muraqabah, yaitu mawasdiri dan penuh waspada dengan segenap kekuatan jiwa
dan pikiran dari prilaku maksiat, agar ia selalu dekat dengan Allah.

3. Muhasabah, yaitu intropeksi, membuat perhitungan atau melihat kembali tingkah
laku yang diperbuat, apakah sesuai dengan apa yang diisyaratkan sebelumnya atau
tidak.

4.Mu’aqabah,yaitu menghukum diri karena dalam perniagaan rabbani selalu
mengalami kerugian.

5. Mujahadah, yaitu berusaha menjadi baik dengan sungguh-sungguh, sehingga tidak
ada waktu, tempat dan keadaan untuk main-main, apalagi melakukan prilaku yang
buruk.

6. Mu’atabah, yaitu menyesali dan mencela diri atas perbuatan dosanya dengan cara
(1) berjanji untuk tidak melakukan perbuatan itu lagi; dan (2) melakukan prilaku
positif untuk menutup prilaku negatif. Agar tidak zina maka ia harus nikah.

7. Mukasyafah, yaitu membuka penghalang (hijab) atau tabir agar tersingkap
ayat-ayat dan rahasia rahasia Allah.
3. Tahapan merasakan (al-mudziqat).
Pada tahapan ini seorang hamba tidak sekadar menjalankan printah khaliknya dan
menjauhi larangannya, tetapi ia merasa kelezatan, kedekatan, kerinduan bahkan bersamaan
(ma’iyyah)dengan-nya. Tahapan ini disebut juga tajalli. Tajalli adalah menampakannya
sifat-sifat Allah Swt. Pada diri manusia setelah sifat-sifat buruknya dan tabir yang
menghalangi menjadi sirna.

Tahapan ketiga ini bagi pada sufi biasanya didahului oleh dua
proses, yaitu al-fana’ dan al-baqa’.sosok yang memiliki pengalaman puncak dalam kepribadian islam lebih dikenal dengan insan al-kamil (manusia paripurna). Ia tidak bersatu dengan alam
seperti ungkapan maslow, tetapi bersatu dengan sifat-sifat atau asma’ Allah Swt. Sosok
insan kamil sesungguhnya adalah para nabi dan rasul Allah.

Diantara mereka yang paling
pilihan (musthafa) adalah nabi Muhammad Saw. Oleh karena predikat ini maka Allah dalam
Alqur’an memujinya sebagai sosok yang berkepribadian agung عظيم خلق لعلى وانك) QS
Al-Qalam:4),karena dalam dirinya tercermin nilai-nilai Alqur’an yang perlu ditauladani
(uswah hasanah) oleh pengikutnya.

BAB III
KESIMPULAN
Perkembangan merupakan proses perubahan individu yang terjadi dari kematangan
(kemampuan seseorang sesuai usia normal) dan pengalaman yang merupakan interaksi antara
individu dengan lingkungan sekitar yang menyebabkan perubahan kualitatif
Menurut Al-Qur’an, pertumbuhan dan perkembangan manusia memiliki pola umum yang
dapat diterapkan pada manusia, meskipun terdapat perbedaan individual. Pola yang terjadi
adalah bahwa setiap individu tumbuh dari keadaan yang lemah menuju keadaan yang kuat dan
kemudian kembali melemah.
الله الذي خلقكم من ضعف قوة ثم جعل من بعد قوة ضعفا وشيبة يخلق ما يشاء وهو العليم القدير ⦁
⦁ “Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan
(kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan kamu stelah
kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendakinya dan
Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (QS. Al-Rum [30]: 54).

1) Manusia berkembang dengan kecepatan yang berbeda, 2) Manusia berkembang
dengan urutan perkembangan yang teratur.perkembangan berlangsung dengan proses yang bertahap, oleh karena itu perkembangan tidak mungkin terjadi dalam waktu satu malam saja,
tetapi melalui proses panjang, seorang anak untuk dapat menulis, membutuhkan prasyarat yaitu
kemampuan memegang pensil dengan baik dan kemampuan mengenal dan memahami huruf
dan seterusnya.

Pengembangan kepribadian menurut pendekatan konten islam, dapat ditempuh melalui
tiga tahap. 1. Tahapan permulaan (al-bidayah) pembelajaran dan pengenalan di mulai dari
pasca kelahiran sampai masa dewasa 2. Tahapan kesungguhan Dalam menempuh kebaikan
(al-mujahadah),yang di mulai dari masa dewasa hingga tua.3.Tahapan merasakan (al-mudziqat)
kepada sang khaliq,di mulai dari masa tua hingga ajal kematian.
BAB IV
 P E N U T U P
Sekian dari saya. Alhamdulillah saya ucapkan atas selesainya pembuatan makalah ini
semoga bermanfa’at bagi saya khususnya,dan dari awal sampai akhir apabila banyak
kekurangan dan kesalahannya dalam pembuatan makalah,mohon ma’af yang sebesar-besarnya.
DAFTAR RUJUKAN
➢ Afzalur Rahman,2000 Al-Qur’an sumber ilmu pengetahuan, :Jakarta
➢ Dr. Hj. Warni Djuwita,M.Pd,2011 psikologi perkembangan,LKIM Mataram: Mataram
➢ Dra. Wiji Hidayaࢢ.dkk, psikologi perkembangan, Teras.: Yogyakarta
➢ Aliah. B. Purwakarnia Hasan,2006, psikologi perkembangan islam, PT. Raja
Grafindopersaja: Jakarta
➢ h‚p://wanpsikologi.blogspot.co.id/2013/04/pengembangan-kepribadian-islam.html
➢ http://www.kompasiana.com/nani_wahyuni/definisi-perkembangan
0 Komentar untuk "Makalah Perkembangan Individu dalam Perspektif Islam."